Darurat Global
Pada 31 Januari 2020, WHO secara resmi menyatakan bahwa wabah COVID-19 adalah “darurat kesehatan global” (BBC News, 2020). Pada awal Februari, wabah ini mulai mempengaruhi ekonomi dan politik dunia, karena dipicu oleh keputusan pemerintah China untuk memberlakukan keputusan karantina wilayah atau lockdown, termasuk pembatasan kegiatan ekspor dan impor, sehingga dampak dari keputusan ini mempengaruhi kinerja rantai pasokan global dimana banyak negara termasuk Amerika Serikat (AS) yang menggantungkan rantai pasokannya pada perusahaan-perusahaan di China. Oleh karenanya, kondisi ini memperparah ketegangan perdagangan yang sudah terjadi sebelumnya antara AS dan China (Kempe, 2020).
Dilansir dari OODA Analyst pada tanggal 3 Februari 2020, Virus yang telah menginfeksi lebih dari 14.500 orang pada Bulan Februari ini mengganggu perdagangan dan rantai pasokan di seluruh dunia, sehingga memaksa harga aset menurun, dan berdampak pada bisnis multinasional. Pemerintah AS maupun negara lainnya di Eropa dan Asia telah memberlakukan peraturan yang menutup akses kunjungan dari China, terutama mereka yang sebelumnya telah mengunjungi kota Wuhan atau kota-kota lainnya di provinsi Hubei. Selain itu, banyak perusahaan maskapai penerbangan juga telah menghentikan sementara penerbangannya dari dan ke negara tersebut (OODA Loop, 2020).
Pengiriman Logistik
Informasi yang dilansir dari National Retail Federation pada tanggal 11 Februari 2020, menyampaikan bahwa, pelabuhan-pelabuhan utama di AS mengalami penurunan pada aktifitas impor retail peti kemas hampir 13% yaitu sekitar 1,41 juta TEU (twenty foot equivalent unit). Hal ini dikarenakan perpanjangan penghentian produksi yang disebabkan oleh wabah COVID-19 di China, sehingga mengurangi permintaan bagi perusahaan kesehatan AS yang menjual produk di sana (Forde, 2020). Dari sektor lain seperti pengiriman gas alam ke China pun juga terganggu, dimana China merupakan konsumen LNG (liquefied natural gas) terbesar di dunia saat ini, sementara China menerapkan kebijakan menutup pasar LNG karena untuk isolasi wabah COVID-19, sehingga kontrak LNG yang sedang berjalan menjadi terganggu dan harga LNG mengalamai penurunan. Oleh karena itu, AS cukup kerepotan, dimana hasil shale gas yang hendak dijual ke China yang beberapa tanker sudah dalam pengiriman menjadi terkatung-katung kondisinya (Kusumaningtyas, 2020).
Komisaris Badan Pengawas Obat dan Makanan AS atau Food and Drug Administration (FDA) menyampaikan bahwa, telah memonitor secara ketat rantai pasokan terkait wabah COVID-19, dimana akan berdampak pada rantai pasokan produk-produk medis, termasuk gangguan dalam memasok maupun ketika terjadi kekurangan produk-produk medis kritis di AS, karena sebagian besar bahan-bahannya saat ini diproduksi di China. Dalam upaya mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut, FDA melakukan alternatif lain yang dapat digunakan yaitu bekerja sama dengan pabrikan-pabrikan lain. Berdasarkan hal tersebut, FDA turut meningkatkan upayanya untuk memastikan kualitas produk-produk luar negeri setelah muncul kekhawatiran bahwa keamanan rantai pasokan obat-obatan AS perlu dipertimbangkan dengan sebaik mungkin (U.S. FDA, 2020).