• Tentang UGM
  • Tentang FEB UGM
  • Logistics Performance Index
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Gambaran Singkat
    • Misi Bidang Kajian MLRP
    • Visi Bidang Kajian MLRP
    • Arah Riset dan Kajian
  • Program dan Kegiatan
    • MLRP Research Club
    • MLRP DataBase
    • MLRP Update
    • MLRP Quarterly
    • MLRP Thesis of The Year
    • MLRP Research
  • Kontak
  • Hubungi Kami
Photo by Sunyu Kim from Pexels

Ketahanan Rantai Pasokan: Restrukturisasi Digital

MLRP Update Tuesday, 1 December 2020

Survei Gartner’s Weathering the Supply Chain Storm terhadap 236 profesional rantai pasokan menunjukkan bahwa hanya sekitar 21% pemimpin industri yang meyakini bahwa rantai pasokan mereka saat ini memiliki ketahanan tinggi, sedangkan 55% lainnya berharap dapat mengembangkan karakteristik tersebut dalam dua hingga tiga tahun ke depan (Gartner, 2020).

Black swan dari Rantai Pasokan di Era Pandemi

Selama ini resilienceatau ketahanan hanyalah sebuah aspek umum dari rantai pasokan yang jarang ditempatkan di tengah sorot utama pembahasan. Tidak sampai 1 dekade terakhir hingga serangan pandemi coronavirus disease (COVID-19) yang melanda sejak tahun 2020. Bagaikan black swan, ketahanan menjadi isu yang tidak dapat dipinggirkan ketika membahas hal-hal yang berkaitan dengan logistik dan rantai pasokan di tengah pandemi COVID-19.

Sebelum pandemi COVID-19 melanda, penggunaan sumber tunggal, just-in-time, dan fokus pada biaya merupakan kapabilitas rantai pasokan yang paling efisien (Zimmerman, 2020). Dilansir dari Supply & Demand Chain Executive (2020), Dewan Profesional Manajemen Rantai Pasokan (Council of Supply Chain Management Professionals (CSCMP)) Kearney, melalui Penske Logistics, memperkenalkan sebuah tema “Resilience Tested” untuk laporan tahunan logistik ke-31. Laporan utama tersebut menunjukkan bahwa ekonomi nasional AS mengalami pertumbuhan sebesar 2,3% yang kemudian meningkatkan PDB sebesar $21,43 triliun. Selain itu, pengeluaran industri logistik yang mendukung ekonomi nasional AS juga tumbuh menjadi $1,652 triliun (CSCMP, 2020). Namun ketika pandemi melanda, fokus rantai pasokan seketika beralih pada penekanan fleksibilitas dan kapasitas cadangan untuk mengatasi risiko serta ketidakpastian (CSCMP, 2020) yang dibawa oleh COVID-19.

Sebagai implikasi, bidang logistik dan rantai pasokan perlu membangun tingkat ketahanan rantai pasokan (supply chain resilience) yang baru melalui perencanaan multi-modal & multi-carrier alternative untuk rute yang ada (CSCMP, 2020). Selain itu, pandemi saat ini telah mendorong setiap industri untuk mempertimbangkan kembali rantai pasokan dan strategi logistik mereka dengan mengarah pada lokalisasi, yang dalam istilah industri logistik disebut sebagai local for local (Business Facilities, 2020).

Lalu bagaimana peran teknologi digital dalam mewujudkan ketahanan rantai pasokan?

[Unduh dokumen untuk bacaan selengkapnya]

focus juni 1 focus juni 2 focus juni 3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Photo by Anna Shvets from Pexels

White Paper: Tourism Supply Chain Management – Indonesia Context

MLRP Research Thursday, 26 November 2020

Tourism Supply Chain Management (selanjutnya akan disingkat TSCM), menurut para ahli, didefinisikan sebagai rantai yang terdiri dari pemasok semua barang dan jasa, yang masuk ke pengiriman produk wisata kepada konsumen akhir. TSCM melibatkan berbagai macam pelaku pariwisata. Kemudian, tidak dapat dihindari bahwa pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan Indonesia yang terus berkembang selama tiga tahun terakhir (2016-2019). Kedatangan wisatawan internasional di seluruh dunia tumbuh 4% pada 2019 hingga mencapai 1,5 miliar (UNWTO, 2019). Dari data yang diperoleh, infrastruktur pariwisata, khususnya Indonesia, sedang “dipersiapkan” sebaik mungkin untuk dapat menyaingi negara-negara Asia Tenggara dengan pariwisata terbaik, seperti Thailand, Singapura, dan lain-lain. Namun, tahun 2020 terjadilah sesuatu yang tidak diharapkan sebelumnya, yaitu pandemi COVID-19. Lalu bagaimana “nasib” TSCM kedepannya?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, artikel ini dibuat untuk menangkap fenomena yang terjadi pada TSCM sebelum dan selama pandemi COVID-19. Artikel ini dibagi menjadi beberapa bagian, yang membahas segala sesuatu terkait TSCM. Pertama dijelaskan mengenai definisi, karakteristik, dan isu-isu terkait TSCM, diadaptasi dari artikel Zhang et al. (2009) yang berjudul Tourism Supply Chain Management: A New Research Agenda, beserta contoh dengan konteks Indonesia. Kedua, dijelaskan mengenai tantangan infrastruktur pariwisata sebelum dan selama terjadinya pandemi COVID-19. Terakhir, dipaparkan mengenai strategi pengembangan pariwisata, dengan konteks Indonesia.

[Hubungi kami untuk mendapatkan bacaan selengkapnya]

 

White Paper: Peta & Tren Riset Manajemen Logistik & Rantai Pasokan 2016-2019

MLRP Research Thursday, 26 November 2020

Riset mengenai Manajemen Logistik dan Rantai Pasokan (MLRP) selalu tumbuh dan berkembang hingga saat ini, akan tetapi tetap menarik untuk dibahas karena lingkungan dalam kegiatan bisnis juga terus berubah dan berkembang. Meskipun telah banyak riset yang dilakukan sebelumnya, hal ini ternyata tidak menjadikan topik MLRP menjadi ranum, hal ini disebabkan oleh tantangan-tantangan yang memberikan dampak ketidakpastian, baik di lapangan maupun secara konsep. Tantangan-tantangan tersebut menyebabkan lingkungan bisnis menjadi semakin dinamis dan akhirnya memicu keinginan dalam menemukan solusi terbaik demi memaksimalkan, mencapai efektifitas dan efisiensi kegiatan bisnis terutama pada aspek rantai pasokan, yang kemudian menjadi pemicu para akademisi dan praktisi untuk tidak berhenti melakukan riset dan pengembangan baik untuk menguji hal yang telah ada atau mengeksplorasi hal baru pada setiap isu yang berhubungan dengan MLRP.

Paper ini merangkum tren topik riset seputar MLRP dalam rentang tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 yang telah dipublikasikan pada 11 jurnal bereputasi berdasarkan pemeringkatan ABS tahun 2018. Dimana terdapat 638 riset yang dikelompokkan berdasarkan topik atau tema besar pembahasan, dimana tema tersebut menjadi indikasi konteks yang paling sering dibahas seputar MLRP dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019. Proyeksi penelitian beserta konteks-konteks yang menarik diangkat untuk riset di masa depan juga di paparkan dalam paper ini.

 

[Hubungi kami untuk mendapatkan bacaan selengkapnya]

 

pexels.com/Pixabay

Pandemic Tests Flex’s Supply Chain Resilience

MLRP Update Saturday, 21 November 2020

COVID-19 dan rantai pasokan.

Seperti yang kita semua tahu, guncangan yang dibawa oleh COVID-19 sangatlah parah untuk rantai pasokan dunia. Di tengah guncangan besar ini, “resilience” menjadi topik yang hangat didiskusikan, baik itu sebagai aspek penting yang ‘dilupakan’ banyak organisasi dunia ketika membangun strategi rantai pasokan mereka, maupun sebagai aspek penting dalam pengembangan strategi dan infrastruktur pemulihan rantai pasokan seluruh organisasi di dunia.

Nyatanya, membangun resilience atau ketahanan memang lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Tidak banyak organisasi yang mampu mengamankan jaringan pasokannya tanpa terguncang oleh COVID-19. Namun, Flex menjadi salah satu perusahaan elektronik dunia, yang memiliki 10.000 vendor produksi di China, yang mampu melakukannya. Di saat COVID-19 masih menjadi epidemi di China, Flex dengan sigap mengambil langkah-langkah preventif yang memperhitungkan kemungkinan dampak terburuk yang akan dialami jika COVID-19 menjadi pandemi dan menyebar ke seluruh dunia.

Flex dengan sigap melakukan pengadaan alat pelindung diri (APD), masker, dan keperluan sanitasi untuk pekerjanya, bahkan Flex telah menerapkan kebijakan jaga jarak (social distancing) sebelum kebijakan ini menjadi umum untuk diterapkan di seluruh dunia.

“Our first move was to ensure the safety of our employees.”

ujar Lynn Torrel, kepala rantai pasokan dan pengadaan Flex. Flex juga dengan lincah berusaha tetap terhubung dengan mitra-mitra kerja di seluruh dunia setiap waktu untuk memastikan jumlah permintaan dengan seksama.

“We worked as closely and compassionately as possible so they [partners] could get that information back to us, many couldn’t get back into their offices.”

lanjut Torrel. Hasilnya, Flex mampu mengamankan jalur pasokan, produksi, dan bisnisnya secara keseluruhan dengan baik di tengah guncangan COVID-19.

Pengalaman Flex yang siap dan sigap menghadapi kemungkinan terburuk yang dibawa oleh COVID-19 sejak awal menjadi bentuk ketahanan terbaik dari sistem dan struktur rantai pasokannya. Hal ini menegaskan bahwa ketahanan rantai pasokan tidaklah tumbuh ketika gangguan telah terjadi, namun ia ditanam, dipupuk, dan dirawat dengan keunggulan sistem, kompetensi pemegang keputusan, dan kesigapan mitra bisnis untuk terus berbagi informasi yang dibutuhkan setiap waktu.

Baca artikel lengkapnya sekarang! [EPSNews]

[Video] Supply Chain Lean and Agile Strategies

MLRP Update Friday, 23 October 2020

Lean dan agile, merupakan dua strategi yang paling banyak digunakan dalam rantai pasokan.

Pada banyak sisi, kedua strategi ini berlawanan satu sama lain. Saat strategi lean berfokus pada pengurangan biaya dengan memproduksi barang dalam jumlah besar dan tingkat fleksibilitas yang rendah, strategi agile berfokus pada pemenuhan permintaan pasar dengan memproduksi barang dalam jumlah kecil dan dapat disesuaikan atau memiliki tingkat fleksibilitas tinggi. Lalu, simanakah letak perbedaan lain kedua strategi ini secara spesifik?

Tentunya kedua strategi ini memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri, pada kondisi rantai pasokan yang bagaimana kedua strategi ini cocok diterapkan?

Acap kali kedua strategi ini diadu satu sama lain dan ditempatkan sebagai pilihan, dimana pelaku rantai pasokan hanya dapat memilih salah satu. Namun, apakah kedua strategi ini tidak bisa digabungkan? Jika bisa, bagaimana teknisnya?

Simak penjelasan selengkapnya di video berikut ini!

Sumber: Luluk Lusiantoro (youtube.com)

“Planning is everything. The plan is nothing“ – Dwight D. Wisenhower

Don’t stray too far from your overall supply chain strategy, but be flexible enough to change the logistics tactics you use to get there.

COVID-19 Makes Volatility the New Norm for Supply Chains

MLRP Update Thursday, 22 October 2020

Pernah mendengar model bisnis bernama continuous intelligent planning?

Model ini berkaitan dengan penggunaan data internal dan data eksternal untuk membentuk alur kerja yang terinformasi dengan baik. Ditambah lagi dengan memadukannya dalam platform yang menghadirkan artificial intelligence (AI), otomatisasi, dan teknologi baru lainnya seperti blockchain dan Internet-of-Things (IoT).

Diungkapkan Jonathan Wright, mitra pengelola dan pimpinan rekayasa ulang proses kognitif global di IBM Service, model bisnis ini sesuai untuk diterapkan di masa depan sebagai evolusi strategi dan perencanaan rantai pasokan menghadapi pandemi coronavirus disease (COVID-19). Wright menyoroti, bahwa akibat pandemi, volatility atau sifat mudah berubah akan menjadi norma baru pada sistem rantai pasokan masa depan. Sehingga, basis operasi di masa depan haruslah bertumpu pada informasi real-time yang cepat berubah, alih-alih data serial-historis.

Wright juga menjelaskan bagaimana COVID-19 mengekspos celah dan kerentanan rantai pasokan dunia dan kesempatan apa yang dapat dimanfaatkan untuk mengakselerasi perbaikan rantai pasokan masa depan. Informasi dan video dapat diakses selengkapnya di sini.

[Video] Humanitarian Logistics and Supply Chain Management

MLRP Update Tuesday, 20 October 2020

Bagaimana rantai pasokan berperan dalam menuntaskan bencana kemanusiaan?

Masalah akibat pandemi yang terjadi saat ini merupakan disrupsi yang luar biasa dan tidak terduga sebelumya, sehingga bisa dianggap sebagai salah satu bencana kemanusiaan terbesar dalam sejarah peradaban manusia. Hal ini telah memengaruhi banyak aspek kehidupan manusia, termasuk rantai pasokan itu sendiri, serta logistik dan rantai pasokan kemanusiaan atau humanitarian logistics and supply chain management (HLSCM). Begitulah gambaran besar terkait masalah yang manusia hadapi saat ini, yaitu pandemi coronavirus disease (COVID-19).

Tetapi tidak berhenti di situ, umat manusia juga masih perlu memikirkan bencana lain yang juga sangat mengancam kehidupan, baik itu bencana alam maupun bencana buatan manusia. Selain pandemi COVID-19, beberapa saat terakhir ini kita sering dikejutkan akan terjadinya bencana seperti ledakan di Beirut yang menyebabkan ratusan orang tewas dan ribuan orang terluka, kasus kebakaran hutan Amazon, lalu kebakaran di perkemahan Moria di Yunani, hingga banjir yang terjadi di Indonesia. Di sisi lain, Indonesia termasuk bagian dari ring of fire, sehingga sewaktu-waktu erupsi gunung vulkanik dapat terjadi. Oleh karena itu, dibutuhkan antisipasi dalam menghadapi hal tersebut dan tentu saja hal ini menambah kompleksitas lain pada logistik dan rantai pasokan kemanusiaan.

Mengambil contoh krisis akibat pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini, semua orang berjuang menghadapi kondisi tidak menguntungkan yang terjadi dan berupaya untuk mendapatkan bantuan dari beberapa saluran yang ada. Kemudian di lain pihak, ada pihak-pihak atau stakeholder terkait yang mencoba untuk membantu mereka, tetapi disaat yang bersamaan mereka juga merupakan pihak-pihak yang berusaha menghindar dari kemungkinan terinfeksi virus COVID-19. Begitulah kiranya kompleksitas operasi HLSCM dan operasi yang kompleks ini lah salah satu solusi dalam menuntaskan berbagai masalah yang terjadi akibat bencana kemanusiaan.

Selain pembahasan umum HLSCM, akan dibahas juga hal-hal terkait konsep ketahanan rantai pasokan atau general supply chain resilience (SCRES), HLSCM dalam konteks pandemi COVID-19 di Yogyakarta, rantai pasokan yang layak atau viable supply chains (VSCs) dan ketahanan rantai pasokan yang dibangun dari organisasi mandiri atau self-organisation towards SCRES. Simak penjelasan selengkapnya di video berikut!

Sumber:Pusat Kajian MLRP FEB UGM (youtube.com)

“Humanitarian Logistics is about mobilization and movement of resources for disaster preparedness, disaster response, and disaster recovery”
― Victor Manan Nyambala

How Pandemics Forced Fashion Sellers to Re-Think Their Supply Chains

MLRP Update Monday, 12 October 2020

Pernahkah Anda mendengar istilah FOMO?

FOMO // Fear of Missing Out // Anxiety that an exciting or interesting event may currently be happening elsewhere, often aroused by posts seen on social media. [lexico]

Ya, FOMO merupakan perasaan cemas dan takut akan ketinggalan sesuatu yang baru. Sesuatu yang dimaksud dapat bermacam-macam, salah satunya tren fashion.

Sebelum pandemi melanda, dunia mode dipenuhi dengan konsumen berslogan “I want it now!”. Dipadukan dengan kecepatan internet dan kecanggihan media sosial saat ini, menjadi “yang terkini” sama artinya dengan bentuk “aktualisasi diri” bagi pecinta mode. Pada sisi lain, hal ini memicu timbulnya budaya FOMO pada dunia mode.

Budaya FOMO tidak hanya terbatas bagi konsumen, hal yang sama berlaku juga bagi produsen dan penyedia mode seperti toko dan merek mode. Di tengah persaingan mode yang ketat dan serba cepat, mereka terus berlomba untuk menjadi “yang terkini” dalam menciptakan dan menyediakan mode terbaru. Kemudian, seperti yang kita semua tahu, pandemi melanda dan menyulap dunia seperti dalam sekejab. Masyarakat berdiam di rumah, toko sepi, tidak ada konsumen berbelanja, tidak ada pesta, tidak ada festival, tidak ada pagelaran mode, bahkan tidak ada Fashion Week.

Lalu bagaimana dengan segala karya mode yang siap diluncurkan, ditampilkan, atau bahkan sudah tertata rapi di jendela toko? Bagaimana kebijakan pengadaan material dan produksi mode di tengah pandemi? Bagaimana dengan kemungkinan re-shoring operations yang sudah sejak lama menjadi usulan?

Yes, show must go on. Catherine Salaffino dari Sourcing Journal memaparkan analisisnya tentang bagaimana pandemi memaksa penjual karya mode merangkai ulang rantai pasokannya agar dapat bertahan atau bahkan melompat lebih tinggi di tengah pandemi ini. Baca selengkapnya di sini.

[Video] How to Measure Supply Chain Performance?

MLRP Update Tuesday, 15 September 2020

Mengapa kinerja rantai pasokan harus dinilai?

Bayangkan rantai pasokan sebagai rangkaian rantai sepeda yang saling berhubungan. Agar sepeda bergerak, rantai harus tetap terhubung dan bergerak bersama. Ketika satu rantai putus, satu rantai itu bisa terlepas dari seluruh rangkaian rantai yang sekarang menjadi tidak berguna. Sepeda tidak dapat berfungsi sampai rantai yang putus diperbaiki. Sepeda seperti sebuah perusahaan yang didukung oleh perusahaan-perusahaan lain dan membentuk rantai pasokan. Ketika satu perusahaan dalam rantai pasokan tidak berkinerja baik, hal itu akan mempengaruhi perusahaan lain, dan akhirnya seluruh operasi rantai pasokan. Dengan demikian, menjaga kinerja rantai pasokan merupakan hal yang penting. Pertanyaannya adalah bagaimana menilai kinerja rantai pasokan?

Ada 4 konsep yang biasa digunakan dalam menilai kinerja rantai pasokan, yaitu OTIF, QSDFC, Balanced Measures, dan Supply Chain Drivers. Simak penjelasan setiap konsepnya di video berikut!

Sumber: Luluk Lusiantoro (youtube.com)

”It only takes one missing part to stop a line,” – Mike Dunne, konsultan industri mobil Asia.

Selamat Datang!

BerandaUncategorized Friday, 11 September 2020

[sangar-slider id=316]

Selamat datang di Website Resmi Bidang Kajian Manajemen Logistik dan Rantai Pasokan (MLRP)

Bidang Kajian MLRP merupakan wadah untuk mengkaji secara lebih dalam dan meneliti perkembangan dan pengembangan disiplin ilmu MLRP secara akademis dan praktis. Sesuai dengan arah kajian dan riset yang telah kami susun, fokus kajian dan riset kami berkaitan dengan topik keberlanjutan (sustainability) dan ketahanan (resilience) dalam manajemen logistik dan rantai pasokan. Untuk itu, kami juga secara khusus mengawal pembahasan selama masa pandemi global COVID-19 yang mencakup industri dan dampak serta implikasi pada rantai pasokan global.

1…3456

Postingan Terbaru

  • OPSID X MLRP: Predicting circular economy practices of Small-Medium Enterprises (SMEs) in Indonesia: the role of supply chain finance and business survivability
  • BK MLRP X Ekonomi Sirkular ID: Peran Sonjo Dalam Darurat Sampah Jogja
  • Kondisi Logistik Indonesia 2023: Tantangan yang Dihadapi dan Upaya Peningkatan
  • Ketahanan dan Integrasi Rantai Pasok: Konsolidasi Jasa Pengiriman dan Logistik FedEx
  • Bagaimana ChatGPT Meningkatkan Efisiensi Rantai Pasok di Masa Depan?
Universitas Gadjah Mada

Gedung Pertamina Tower Lt. 4, Jl. Sosio Humaniora No. 1, Bulaksumur

(0274) 548510

mlrp.feb@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY