Tensi panas hubungan antara Ukraina dan Rusia dimulai pada Q1 tahun 2022. Rusia menyerang Ukraina dengan alasan mekanisme pertahanan diri karena rusia merasa tidak aman dan tidak bisa berkembang. Rusia menganggap Ukraina baru adalah ancaman dan Presiden Rusia menilai yang dilakukannya pada Ukraina adalah untuk melindungi rakyat Ukraina dari intimidasi dan Genosida. Hal ini bertolak belakang dengan pendapat Presiden Ukraina yang menyatakan bahwa tidak ada genosida di Ukraina.
Yang terjadi antara Ukraina dan Rusia tidak hanya berdampak terhadap kegiatan masyarakat Ukraina saja, namun berdampak pada global supply chain. Dengan invasi Rusia ke Ukraina, situasi supply and demand bahan dasar, menempatkan pasar komoditas ke dalam ketidakstabilan yang belum pernah terjadi sebelumnya (Penton Media, 2022). Rusia dan Ukraina masing-masing adalah eksportir teratas kebutuhan gandum dunia. Beberapa negara tujuan ekspor gandum ukraina dan rusia adalah Indonesia, Tunisia, Mesir, dan Turki, Yemen, Bangladesh. (oec.world, 2022)
Dengan ketidakstabilan kondisi ukraina ini membuat ketersediaan bahan komoditas gandum terancam. Dilansir dari Penton Media, Inc, dunia mengkonsumsi sekitar 787,4 juta metrik ton (28,9 miliar gantang) gandum setiap tahun. Dengan gangguan besar dari Ukraina dan Rusia, mungkin ada kekurangan pasokan gandum dunia.
Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2021 Indonesia menjadi pengimpor gandum sebesar 11,17 Juta Ton, dan 2,9 Juta Ton-nya berasal dari Ukraina. Indonesia harus bersiap untuk mencari opsi-opsi terbaik suplai gandum untuk menjaga stabilitas kebutuhan gandum pada tahun 2022. Misalkan mengimpor dari Australia, Kanada, Argentina atau Amerika Serikat. Beberapa harga bahan pokok yang akan mengalami kenaikan harga jika suplai gandum terhambat diantaranya tepung terigu dan mi instan.