• Tentang UGM
  • Tentang FEB UGM
  • Logistics Performance Index
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Gambaran Singkat
    • Misi Bidang Kajian MLRP
    • Visi Bidang Kajian MLRP
    • Arah Riset dan Kajian
  • Program dan Kegiatan
    • MLRP Research Club
    • MLRP DataBase
    • MLRP Update
    • MLRP Quarterly
    • MLRP Thesis of The Year
    • MLRP Research
  • Kontak
  • Hubungi Kami
  • Beranda
  • Beranda
  • Dampak Perang Ukraina dengan Rusia terhadap Supply Komoditas Gandum di Indonesia

Dampak Perang Ukraina dengan Rusia terhadap Supply Komoditas Gandum di Indonesia

  • Beranda, MLRP Update
  • 13 Mei 2022, 19.03
  • Oleh: giarpradipta
  • 0

Tensi panas hubungan antara Ukraina dan Rusia dimulai pada Q1 tahun 2022. Rusia menyerang Ukraina dengan alasan mekanisme pertahanan diri karena rusia merasa tidak aman dan tidak bisa berkembang. Rusia menganggap Ukraina baru adalah ancaman dan Presiden Rusia menilai yang dilakukannya pada Ukraina adalah untuk melindungi rakyat Ukraina dari intimidasi dan Genosida. Hal ini bertolak belakang dengan pendapat Presiden Ukraina yang menyatakan bahwa tidak ada genosida di Ukraina.

Yang terjadi antara Ukraina dan Rusia tidak hanya berdampak terhadap kegiatan masyarakat Ukraina saja, namun berdampak pada global supply chain. Dengan invasi Rusia ke Ukraina, situasi supply and demand bahan dasar, menempatkan pasar komoditas ke dalam ketidakstabilan yang belum pernah terjadi sebelumnya (Penton Media, 2022).  Rusia dan Ukraina masing-masing adalah eksportir teratas kebutuhan gandum dunia. Beberapa negara tujuan ekspor gandum ukraina dan rusia adalah Indonesia, Tunisia, Mesir, dan Turki, Yemen, Bangladesh. (oec.world, 2022)

Dengan ketidakstabilan kondisi ukraina ini membuat ketersediaan bahan komoditas gandum terancam. Dilansir dari Penton Media, Inc, dunia mengkonsumsi sekitar 787,4 juta metrik ton (28,9 miliar gantang) gandum setiap tahun. Dengan gangguan besar dari Ukraina dan Rusia, mungkin ada kekurangan pasokan gandum dunia.

Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2021 Indonesia menjadi pengimpor gandum sebesar 11,17 Juta Ton, dan 2,9 Juta Ton-nya berasal dari Ukraina. Indonesia harus bersiap untuk mencari opsi-opsi terbaik suplai gandum untuk menjaga stabilitas kebutuhan gandum pada tahun 2022. Misalkan mengimpor dari Australia, Kanada, Argentina atau Amerika Serikat.  Beberapa harga bahan pokok yang akan mengalami kenaikan harga jika suplai gandum terhambat diantaranya tepung terigu dan mi instan.

Leave A Comment Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Postingan Terbaru

  • OPSID X MLRP: Predicting circular economy practices of Small-Medium Enterprises (SMEs) in Indonesia: the role of supply chain finance and business survivability
  • BK MLRP X Ekonomi Sirkular ID: Peran Sonjo Dalam Darurat Sampah Jogja
  • Kondisi Logistik Indonesia 2023: Tantangan yang Dihadapi dan Upaya Peningkatan
  • Ketahanan dan Integrasi Rantai Pasok: Konsolidasi Jasa Pengiriman dan Logistik FedEx
  • Bagaimana ChatGPT Meningkatkan Efisiensi Rantai Pasok di Masa Depan?

MLRP Summary

  • Management Forum: Sustainability Series | Episode 2: Sustainability in Business and Supply Chain

MLRP Focus

MLRP Update

  • BK MLRP X Ekonomi Sirkular ID: Peran Sonjo Dalam Darurat Sampah Jogja
  • Kondisi Logistik Indonesia 2023: Tantangan yang Dihadapi dan Upaya Peningkatan
  • Ketahanan dan Integrasi Rantai Pasok: Konsolidasi Jasa Pengiriman dan Logistik FedEx
Universitas Gadjah Mada

Gedung Pertamina Tower Lt. 4, Jl. Sosio Humaniora No. 1, Bulaksumur

(0274) 548510

mlrp.feb@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju