Pandemi coronavirus disease (COVID-19) di Indonesia menunjukkan kondisi yang terus memburuk, ditunjukkan dengan angka infeksi yang tidak kunjung turun. Peningkatan jumlah kasus positif COVID-19 mengindikasikan bahwa keadaan bisnis, baik di Indonesia maupun seluruh dunia, belum akan kembali seperti sedia kala. Bahkan bisa jadi tidak akan kembali. Istilah new normal sejatinya merujuk pada masa transisi menuju kebiasaan-kebiasaan baru, artinya cara kerja bisnis yang lama menjadi tidak lagi relevan untuk diikuti. Sebagaimana yang diketahui, pandemi COVID-19 membawa dampak besar pada banyak aspek kehidupan dan bisnis. Hal-hal seperti pembatalan penerbangan, larangan perjalanan dan kewajiban karantina, penutupan restoran dan kafe, hingga pembatasan kegiatan, baik indoor maupun outdoor, menjadi sesuatu yang lumrah terjadi.
Januari
Pariwisata dan transportasi merupakan 2 hal yang tidak dapat dipisahkan. Transportasi merupakan salah satu pilar utama keberlanjutan pariwisata. Ketika pandemi coronavirus disease (COVID-19) melanda dan meruntuhkan sektor pariwisata, sektor transportasi juga tidak luput dari imbasnya. Selain akibat penyebaran COVID-19, imbas terbesar yang diterima kedua sektor ini tidak lain adalah akibat kebijakan darurat seperti pembatasan pergerakan dan karantina wilayah atau lockdown yang diambil pemerintah setempat. Meskipun saat ini kebijakan-kebijakan darurat tersebut sedikit demi sedikit sudah mulai diangkat, industri pariwisata tidak serta merta dapat kembali ke kondisi normal seperti sebelum pandemi.
Pandemi COVID-19 menjadi kejutan besar di awal tahun 2020. Ini menjadi peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya dan berdampak pada setiap individu, setiap negara, setiap bisnis, dan setiap rantai pasokan di dunia. Merupakan rahasia umum bahwa rantai pasokan dunia telah terguncang dengan sangat hebat oleh peristiwa ini.
Pandemi COVID-19 ibarat tombol reset yang mengembalikan seluruh pencapaian dan kemajuan rantai pasokan dunia ke titik nol.
“The logistics industry’s future beyond the COVID-19 pandemic remains uncertain and that greater macroeconomic clarity might not be possible for some time.”